Friday, February 21, 2014

Desa Seribu Potensi : Sudut Mata Untuk Petani Nilam di Maligano


Antusias adik bungsuku untuk jalan-jalan keliling kampung begitu berapi-api. Maklum setelah hampir enam bulan saya tidak pulang kampung karena disibukkan dengan kegiatan dikampus akhirnya ada waktu sengga untuk pulang kampung. Ditengah kesibukkan adik perempuanku menjaga kios sembako yang di buka oleh ibu, saya mengajaknya untuk ikut serta menikmati indahnya kampung halaman disore hari. Sijago merah (Bukan Api) mengantar kami keliling hingga melewati beberapa desa tetangga.

Dengan suara mulusnya bagai putri anggun turun dari tangga istana tanpa bunyi sentakan kaki terus mendaki bukit demi bukit hingga sampai di desa Raimuna yang jaraknya hingga 4 kilo meter setengah dari rumah. Sijago merah berhenti tepat di perempatan menuju kabupaten buton utara yang sekarang menjadi terminal mobil yang menunggu penumpang untuk meneyeberang dari raha tujuan ke buton utara yang dekat dengan tujuan kunjungan kami.

Maligano yang dulunya minim mobil, Alhamdulillah hari ini berkat usaha pemerintah dengan membangun jalan yang layak, akhirnya jalur dari kabupaten satu ke kabupaten lain menjadi mudah untuk dilalui dengan menggunakan kendaraan roda 4. Dimasa kecilku mobil itu menjadi barang langka yang masuk dikampungku seperti mobil avanza, terios atau jenis lainnya kecuali truck. Tapi  berbeda dengan kendaraan laut seperti kapal kayu, bodi batang, sampan dan lain-lain yang digunakan sebagai kendaraan laut, itu hamper bisa ditemukan disetiap sisi pantai.

Seiring berjalannya waktu keadaan itu berubah. Daerah kami punya dermaga yang cukup baik, terminal mobil yang cukup bahkan jumlah mobil tak terhitung lagi. Penumpang yang berniat ke buton utara bila menyebrang dari kota raha tidak perlu khawatir lagi karena mobil siap mengantar ketujuan, asal ke terminal karena mobil tidak datang menjemput ke pelabuhan. Jarak antara pelabuhan dengan terminal itu sekitar 3 kilo meter dari pelabuhan sehingga penumpang mobil dari pelabuhan harus naik motor atau ojek untuk sampai ke terminal.

Naik ojek bukan keinginan namun aturan main yang menghendakinya. Ada aturan yang disepakati antara sopir mobil yang mencari penumpang dengan tukang ojek. Di kecamatan maligano, selain bertani dan melaut, mata pencahariannya sebagai tukang ojek. Jadi karena ojek lebih dulu muncul, jadi regulasinya mobil hanya bisa mengambi penumpang diterminal karena kalau mobil datang menjemput ke pelabuhan maka tukang ojek yang berprofesi sudah bertahun-tahun ini bakal kehilangan perkerjaan artinya pengangguran akan bertambah dan ujungnya akan pada ketidaktenangan lingkungan.

Tak lama kemudian saya  mengparkirkan sijago merah ‘”sebutan motorku di bawah pohon beringin dekat terminal mobil dan menghampiri warung makan bibiku yang dibangunnya tidak jauh dari rumah dan terminal tadi. Karena pada dasarnya bibiku baik hati dan tidak sombong, saya dipersilahkan untuk mencicipi beberapa jualan yang dibuatnya mulai dari ubi goreng, sukun goreng, hingga pisang goreng. Kalau makan berat yang dijualnya ada ikan bakar, dan ada juga es pisang ijo tidak ketinggalan roti goreng serta jagung rebus. Tapi tentunya saya tidak mencicipinya satu persatu karena mau ditaruh dimana.

Ditengah asiknya menikmati potongan sukun goreng bersama kedua adikku yang malu-malu tapi mau tambah, dan bibi yang asyik menggoreng potongan sukun yang lain saya menghampirinya untuk menanyakan sesuatu tentang usaha warung makannya. Pertanyaan pertama yang saya ajukan tentang seberapa banyak pengunjung yang datang makan diwarung ini. Dengan wajah yang berminyak serta tangan yang berlumur terigu dia menjawab kalau pengunjung itu pasang surut. Kadang banyak kadang tidak tergantung jika ada momen atau ada acara yang mau dihadiri di kabupaten sebelah. Karena mereka pasti singgah untuk istrahat baik langsung makan siang atau hanya singgah menunggu penumpang lain untuk mengisi kursi kosong mobil yang satu tujuan.

Setelah dia menceritakan banyak hal tentang warungnya baik dari tantangan, persaingannya dan hal-hal lain hingga tentang sekolah anak-anaknya yang juga sepupu-sepupuku, saya coba mengajukan pertanyaan paling sensitive yang biasanya berlaku kepada para pedagang yaitu tentang pendapatannya. Alhamdulillah walaupun terlihat lelah diwajahnya namun dia tetap dengan semangat menjelaskannya kepada saya dan ternyata pendapatannya dalam satu hari itu bisa mencapai 500 ribu kalau sunyi dan bisa menjapai diatas satu juta kalau sedang ramai pengunjung menarik bukan?

Menurut info dari dia selain warung makan yang laris, salah satu barang yang cukup laris adalah bensin. Karena pengendara kendaraan bermotor yang melakukan perjalan jauh antar kabupaten tadi lebih memilih untuk singgah mengisi bensin di situ karena mereka bisa langsung istirahat, minum kopi, merokok sembari menunggu teman yang akan melakukan perjalanan searah karena dalam perjalanan nanti melewati hutan rimba yang belum disentuh oleh manusia keberadaannya dan penuh cerita horror.

Berselang beberapa menit terdengar panggilan PIIIIIIIS dari belakang warung makan. Ternyata itu adik sepupuku yang memanggil sambil menancapkan satu persatu batang nilam ke dalam polibag. PIIIIIIIS adalah cara kami memanggil dalam lingkup keluarga. PIIS itu kalau dipanjangkan dan aslinya adalah PISA. PISA merupakan bahasa muna yang berarti sepupu jadi apa bila ada kalimat anoa pisaku itu artinya dia sepupuku. Aini pisaku artinya ini sepupuku dan awatu pisaku artinya sana sepupuku.

Ditemani sang ayah yang memotong satu demi satu batang nilam yang bakal ditanam dalam polibag sementara sebelum dipindahkan ditanah untuk dibesarkan, dia dengan semangat dengan ditemani siulan merdu terus menancapkan batang batang siap tanam itu kedalam polibag. Nilam dalam bahasa latin disebut sebagai Pogostemon Cablin Benth). Dalam perdagangan internasiona minyak nilam ini dikenal dengan sebutan  minyak patchouli yang artinya daun hijau yang dikarenakan minyak bersumber dari dedaunan hijau tumbuhan nilam. Pada dasarnya tumbuhan yang menghasilkan minyak ini digunakan sebagai pengharum pakaian atau biasa disebut Parfum. Bahkan di india minyak nilam ini digunakan sebagai pengharum permadani (wordpress.com).

Ada hal baru bagi saya setelah mendengarkan pengakuan sang ayah dalam bincang bincang kami bahwa ternyata tidak semua batang nilam bisa tumbuh dengan baik apabila pemotongannya tidak tepat.  Karena, agar nilamnya bisa tumbuh cepat dan bagus, potongannya itu harus tepat dekat pada bagian ruasnya dan harus disisakan beberapa helai daun mudah.

Waktu yang digunakan hingga nilam siap dipindahkan dari polibag ke tanah memakan waktu hingga dua minggu. namun tergantung pada kesiapan nilam sepenuhnya jika akan  dipindahkan yang ditandai dengan munculnya akar-akar baru dari barang nilam. Dilakukannya polibag ini dimaksudkan untuk mempercepat proses munculnya akar, tunas dan terpenting lagi dapat  ditempatkan ditempat yang teduh hal ini dilakukan untuk  menjaga terik matahari yang berlebihan karena bisa berakhir pada layunya bibit nilam yang mulai tumbuh dengan dibuatkannya atap penahan terik matahari yang menyinari secara langsung. Mungkin ada cara lain dalam proses pembibitan hingga penanaman nilam ini tetapi inilah cara yang mereka tempu para petani nilam disana.

Selain itu dalam proses polibag tadi kita bisa mengontrol kebutuhan air dari nilam itu agar  bisa tumbuh dengan subur. Pohon nilam yang telah dipanen sebelum diproses untuk menghasikan minyak nilam harus dijemur terlebih dahul agar minyak yang dihasikan banyak dan harum. Proses penjemuran nilam itu bisa memakan waktu hingga satu hari dan ditandai dengan istilah patah lidi (orang setempat) menyebutnya. Patah lidi artinya batang nilam yang dijemur itu apabila dipatahkan tidak serta merta satu batang nilam tadi menjadi dua tetapi tetap satu walaupun patah. Patah lidi inilah yang menandakan nilam itu sudah siap untuk diolah agar menjadi minyak nilam. Batang dan daun nilam bisa tercium aroma wanginya terkecuali sudah mengalami proses penjemuran atau nilam itu kering.

Dalam proses pemasaranya juga tidak terlalu sulit. Karena didesa lain yang masih dalam kabupaten sudah memiliki alat penyulingan minyak nilam seperti di desa kambara, desa guali dan beberapa desa lagi seperti barangka dan wakorambu. Namum salah satu kendala yang sering dihadapi adalah kurangnya modal dari penampung sekaligus pelaku penyuingan. Beberapa kali mereka (petani) nilam ini memenuhi permintaah para penyuling tadi tapi terkadang mereka tidak mendapatkan bayaran full dan terpaksa mereka harus menunggu karena daripada di tamping dirumah yang berpotensi menurunkan berat dari nilam itu sehingga dengan sangat terpaksa mereka rela menunggu.

Hal lain yang menjadi tantangan dari para petani nilam adalah permainan para penyuling yang notabenenya pebisnis yang mengklaim bahwa nilam yang mereka miliki para petani dicampur dengan daun-daunan lain. Menurut  mereka nilam itu tidak bisa laku terjual. padahal, itu hanya permainan mereka agar para petani bisa menjual murah nilam yang mereka miliki ungkap seorang pengumpul nilam disana.

Beberapa orang petani nilam dikecamatan maligano juga merangkap sekaligus sebagai pengumpul dari petani. Walaupun jumlahnya tidak begitu banyak namun persaingan diantara mereka sangat ketat dengan cara memainkan informasi harga. Terkadang mereka mengambil dari petani 3 ribu rupiah per kilogram nilam kering, karena persaingan dikalangan pengumpul ini harga jualnya juga bisa mencapai 5 ribu perkilo gram walaupun angka ini jarang di capai.

Dalam kondisi tanah yang subur di kecamatan maligano seharusnya menjadi surga bagi para petani nilam. Namun apa daya sokongan pasar yang terbatas membuat mereka menjadi petani yang mengeluarkan keringat banyak namun degan penghasilan yang kurang. Memang dari penghasilan mereka yang menyuling cukup besar karena setengah ton nilam yang dilakukan penyulingan bisa mencapai harga jual 70 jutaan.

Harga terrendah yang pernah diterima para petani yaitu 1500 per kilogram. Bisa kita bayangkan begitu murahnya harga jua yang mereka dapatkan dibandingkan dengan kerja keras mereka hingga menghasilkan nilam kering tersebut. Ini  terjadi ketika pertama kalai mereka memanen nilam yang ditanamnya. Para petani menjual dengan harga yang sangat murah karena mereka tidak punya pilihan atau mau dibawa kemana hasil pertanian itu. Dalam kondisi seperti ini mestinya fungsi pemerintah daerah dijalankan dengan baik. Pemerintah mestinya menyediakan pasar bagi para petani untuk menjual hasil panen nilam mereka dengan harga beli yang memadai bagi para petani.

Seorang petani nilam disana pernah mengungkapkan merencanakan untuk membeli alat penyulingan sendiri dan ternyata harga penyulingan itu lebih dari 50 jutaan bahkan hingga mendekati angka 100 juta. Logikanya kalau hanya sekedar petani yang bermodalkan semangat kerja dikebun sangat sulit untuk mampu membeli alat semahal itu apalagi dengan harga jual nilam mereka yang relative rendah. Pemerintah mestinya memberikan solusi, apakah membangun industry penyulingan, atau kah memberikan bantun kepada masyarakat petani nilam dengan model berkelompok kemudian para petani diberikan alat penyulingan atau lebih jauh mencari investor yang siap menampung hasil pertanian nilam itu.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ini adalah masalah yang sedang bangsa hadapi ditengah upaya bangkit dari keterpurukan. Kita ingat dulu bahwa Negara kita pernah menjadi macan asia karena kekuatan ekonominya tapi faktanya bagaimana dengan kondisi sekarang? Cukup memprihatinkan. Para petani belum bisa menikmati hasil keringatnya dengan sesegera mungkin. Para petani masih bingung dengan pasaran hasil perkebunan mereka.

Memang jumlah petani nilam di Maligano sekarang ini belum sebanyak semut yang ditumpahkan gula pasir sesendok makan di lantai. Namun  potensi itu ada dengan daya dukung lahan yang luas, kesuburan tanah, serta kerja keras petani yang mengesankan. Beberapa petani berharap masalah yang mereka hadapi dapat cepat terselesaikan dan jumlah petani nilam bisa bertambah serta kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. karena merekapun mengungkapkan itu “ kami sebenarnya mau menanam nilam tapi mau dijual kemana? Kalaupun ada harganya rendah sekali”


Akhir tinta semoga pemerintah daerah cepat merespon. 

Tuesday, February 18, 2014

RUNTUHNYA PERSATUAN PASCA PESTA DEMOKRASI di Desa



Umur bukanlah tolak ukur untuk menentukan kedewasaan seseorang. Potongan kalimat inilah yang sering didengar disaat diantara kita melihat kejadian yang menimpa 2 orang atau lebih, baik dalam lingkungan keluarga atau diluar lingkungan keluarga baik kehidupan bertetangga ataupun bermasyarakat. Terkadang yang lebih tua lebih bersifat kekanak-kanakan dibandingkan mereka yang umurnya lebih muda ataupun sebaliknya  walau keduanya memiliki umur yang tidak tergolong anak-anak lagi.

Kesadaran setiap orang dalam memahami pentingnya hidup rukun dan aman merupakan hal penting untuk membentuk persatuan dan kesatuan dalam suatu masyarakat. Kehidupan bersmasyarakat merupakan  suatu kesatuan social yang saling ketergantungan.Benar adanya  bahwa tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa sentuhan atau bantun orang lain. Kebutuhan manusia yang kompleks merupakan suatu pemicu dibutuhkannya bantuan orang lain dalam memenuhinya. Tidak ada manusia yang super artinya tidak ada manusia yang bisa menyediakan segala kebutuhannya dimuka bumi ini dengan hanya mengandalkan kemampuan dirinya sendiri.

Kebutuhan manusia berbanding lurus dengan kemajuan dan modernisasi. Hal ini ditunjukan dengan fenomena dimana berlakunya teori yang dikemukakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaanya secara otomatis atau sendiri. Dunia semakin maju dan tangan-tangan kreatif terus berkreasi dan menghasilkan produk-produk baru namun keberadaanya pun terus diikuti oleh konsumen yang senang akan produk itu atau memang itu menjadi kebutuhan bagi mereka.

Disamping itu kecerdasan bagi setiap orang dalam menentukan pilihan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan yang terbaik. Pengetahuan akan barang yang berkualitas baik tentunya sangat dibutuhkan agar biaya yang dikeluarkan bisa sama dengan kepuasan yang diperoleh. Mungkin bagi kita yang mendalami ilmu ekonomi dan bisnis tidak akan asing lagi dengan kalimat itu dan Itu rill. Setiap manusia tentu bagi yang memiliki kemampuan finansial yang cukup tidak akan mempersoalkan harga itu tapi lebih pada seberapa besar manfaat dan kepuasan yang bisa diperoleh.

Kembali ke Laptop. Ungkapan yang sering diutarakan Tukul Arwana dalam acara televisi yang dibawakannya yang berjudul Empat Mata. Setiap orang butuh pemimpin dan setiap orang adalah pemimpin. Dikatakan dia sebagai pemimpin apabila ada yang dia pimpin.  Apabila individu itu hidup maka dia adalah pemimpin karena dia akan memimpin dirinya sendiri dan akan mempertanggungjawabkannya kepada sang khalik.

Semenjak Indonesia merdeka  berbagai kebijakan terus ditempu dengan tujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera kepada seluruh masyarakat di Indonesia seperti yang tersurat dalam undang-undang dasar 1945. Dibentuklah system pemerintahan yang baik untuk menjamin terwujudnya cita-cita perjuangan bangsa. Soekarno menjadi presiden pertama Indonesia dan memimpin Indonesia menjadi Negara yang kuat dan dipandang oleh bangsa lain didunia. Soekarno mampu menyatukan bangsa ini, soeharto mampu menjadikan Indonesia sebagai macan asia dan hingga saat ini pembangunan terus dilakukan untuk membawa Indonesia lebih baik ditangan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kita memahami bahwa pemerintah memiliki fungsi distribusi, stabilisasi dan fungsi alokasi. Fungsi ini dipahami sebagai upaya untuk menciptakan kesejahteraan dalam negeri. Begitu pula peran pemerintah dalam perekonomian dimana adam smith mengungkapkan bahwa pemerintah memiliki tiga fungsi yaitu fungsi dalam bidang pertahanan, keadilan social dan pekerjaan uMum.

Disinilah dibutuhkan peran pemerintah untuk membentuk dan menstimulus tercapainya pembanguan ekonomi dan mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Pemerintah dengan kebijakannya membatasi individu-individu atau lembaga yang berpotensi memanfaatkan keakayaan nageri dengan tidak baik, baik kekayaan alam maupun yang lainnya. Karena jelas dalam undang undang dikemukakan bahwa segala kekayaan alam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Seiring dengan perjalanan pemerintahaan itu juga dibentuk pemerintah yang berada di tiap-tiap propinsi yang di pimpin oleh Gubernur. Di kabupaten dipimpin oleh Bupati, di kecamatan dipimpin oleh camat hingga digarda pemerintahan paling akhir seperti desa dipimpin oleh kepala desa.

Semenjak otonomi daerah diberlakukan di Indonesia, setiap daerah kini mulai mengurusi daerahnya sendiri dengan sepenuhnya dan penuh tanggungjawab untuk mengelolah kekayaan alam dan sumber daya yang lainnya yang dimiliki daerahnya guna menciptakan kesejahteraan. Diharapkan dengan otonomi daerah ini tidak sedikitpun mengurangi persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat di Indonesia.  

Pesta demokrasi merupakan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan di Indonesia dalam rangka menentukan atau memilih pemimpin baik di pusat maupun di daerah. Pemilihan umum dilakukan sejak tahun 1955 namun pemilihan itu masih bersifat tertutup. Tahun 2004 kemudian pemilihan secara terbuka mulai dilakukan di Indonesia  dengan memilih pemimpin Negara  atau presiden. Awalnya pemilihan langsung oleh rakyat ini diragukan keberhasilannya karena ini merupakan awal dimulainya system ini di Indonesia namun seiring berjalannya waktu dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab yang besar akhirnya PEMILU itu dapat terlaksana dan terus berlaku hingga sekarang.


Merespon dari Pesta demokrasi itu, Banyak perkumpulan dibuat organisasi masyarakat hingga LSM dan kini menjadi partai terbentuk. Hingga tahun 2014 jumlah partai mencapai 44 partai dimana ada 12 partai yang akan bertarung mendapatkan kursi di pemilu tahun 2014. Selain itu kini partai itu mulai membuka  jaringan hingga kedesa-desa guna memperkuat partainya dengan mempunyai masa yang banyak. Menarik jika kita menyimak metode pertarungan politik para politisi-politisi kita yang dulu. Mereka berkampanye mengutarakan janji politiknya kepada masyarakat, menyelenggarakan pemilu dan terpilih sebagai pengumpul suara terbanyak. Menjabat, memimpin dan mewujudkan janji politiknya dalam pembangunan yang nyata.

Partai-partai bertarung demi mengumpulkan suara terbanyak dari masyarakat dengan cara-cara yang terhormat dan tidak saling menjatuhkan atau lebih pantasnya mereka masih mengindahkan etika berpolitik yang baik dalam penyelenggaraan pesta demokrasi. Kita juga melihat dulu biaya politik masih tergolong murah karena belum terkontaminasi oleh politik uang yang sedang tren saat ini.

Tidak tahan-tahan beberapa orang yang ingin tampil dalam perhelatan pesta demokrasi baik pemilihan kepala daerah atau yang lainnya mengorbankan uang miliaran hingga triliunan bahkan asset tidak berjalan pun diupayakan dikonversi menjadi uang untuk bisa memuluskan perjalanan target mendapatkan keududukan di parlemen atau lembaga lainnya. Sudah bukan rahasia lagi saat ini politik uang itu sangat popular dimasyarakat kita. Kebiasaan membagi-bagikan uang tunai kepada calon pemilih menjadi senjata ampuh untuk meraut suara dizaman sekarang ini. Janji politik itu nomor dua, implementasi janji itu nomor sekian yang terpenting adalah berapa uang yang disediakan untuk serangan fajar.

Bukan Cuma itu perang urat syaraf secara terang-terangan pun antar calon  yang saling menjatuhkan dan menjelek-jelekkan lawan politiknya juga tidak terhindarkan bahkan berpotensi mengarah pada kerusuhan. Mungkin tidak asing lagi apabila kita sering tongkrongi televisi yang rajin menyiarkan siaran tentang pemilu. Kita bisa melihat pertikaian antar kubu pendukung calon si A dengan calon si B yang saling tidak menerima atas perlakukan antara keduanya dan berdalil mereka lebih benar.

Keraguan akan runtuhnya persatuan dan kesatuan masyarakat akibat efek dari buruknya cara-cara yang ditempuh oleh orang-orang yang tidak mengindahkan etika politik dalam memenangkan dirinya dalam perhelatan pesta demokrasi kini mulai tercium. Mengapa tidak praktik-praktik buruk ini kini diadopsi masyarakat hingga di pemilihan pemimpin desa. Yang kita tau bahwa desa adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan tradisi, kebiasaan dan masih disatukan oleh budaya. Sikap gotong royong, persatuan dan kesatuan dalam desa begitu terlihat. Contoh kasus di daerah kabupaten muna Sulawesi tenggara khususnya di desa lapole kini kehidupan bermasyarakatnya mulai renggang dan membentuk kubu-kubu tersendiri dengan membatasi hubungan sosialnya dengan masyarakat yang lainnya. Fatalnya bahwa pemicu kerenggangan ini adalah buah dari pesta demokrasi yang tidak  sehat.

Desa ini merupakan desa yang terkenal dengan persatuannya yang kuat. Desa ini berdiri dengan semboyan liwuno oapole doseise yang artinya desa lapole bersatu.  Seharusnya ini merupakan semboyan penyatuh bagi seluruh masyarakat didesa ini namun itu hanya sebatas semboyang belaka. Dulu saya besar didesa ini dan saya pula merasakan betapa nyamannya berada ditengah-tengah masyarakat ini.

Tidak ada kegiatan yang dilakukan sendiri-sendiri. Membangun rumah hampir tidak mengeluarkan biaya karena asal kayu tersedia dan pemilik rumah menginfokan kebeberapa orang dan akan tercium oleh seluruh warga pasti mereka akan berbondong-bondang akan datang membantu pembangunan rumah itu. Selain itu seperti acara pernikahan atau yang lainnya. Pengeluaran untuk membeli daging atau telur yang akan dipakai dalam acara pernikan pasti akan tertutupi karena setiap kepala keluarga akan menyumbang baik ayam maupun telur. Bukan hanya itu, mereka akan bersama sama mengerjakan dan mempersiapkan kebutuhan pernikahan itu sampai dengan selesai. Tepat apabila kita mengutip judul lagu yang dinyanyikan Pujiono disaat mengikuti audisi Indonesia Idol yaitu Manisnya Negeriku.

Namun kenyataan itu seakan pupus karena efek dari penyelenggaraan pesta demokrasi yang dijalankannya dengan cara yang kurang baik. Politik uang yang digunakan, Selain itu kedewasaan dalam berpolitik pun menjadi pemicu perpecahan. Masyarakat tidak memahami politik sebagai suatu seni dalam memperoleh dukungan tapi dijadikan sebagai momentum berperang untuk mendapatkan tahta atau kedudukan. Mereka yang bertetangga pun tidak saling menegur dan ada-ada saja hal-hal yang membuat jarak semakin jauh diantara mereka muncul. Entah dari mana dan apa tujuannya sehingga kalimat kalimat perpecahan bisa beredear “ Dia itu Munafik dan lain-lain”.

Minamo dapofende-fendehaoa atau tidak saling menegur. Itulah kata paling tepat untuk menggambarkan desa itu saat  pasca pesta demokrasi pemilihan kepala desa. Kubu yang kalah tidak menerima kekalahan dan berkata tidak akan pernah bersatu atau patuh dibawah pemerintahan pihak yang menang dan seolah olah terjadi dua kepala desa dalam satu desa.
Dalam perayaan tahun baru pun dibuat dua acara dimana kubu yang menang membuat acara sendiri dengan dihadiri oleh seluruh pendukungnya dalam pesta demokrasi yang dulu dan begitu pula pihak yang menang mereka merayakannya juga dengan para pendukungnya yang dulu. Ditahun-tahun sebelumnya, tidak ada yang namanya perpecahan seperti ini. Selalu dibuat satu dengan bersama-sama dan mereyakannya bersama.

Harapan kita bahwa kedepan perpecahan ini bisa berakhir dan semua masyarakat bisa kembali bersatu dan menyambut kehadiran UU desa dengan penuh tanggung jawab untuk pembangunan desa yang lebih baik. Kita bermimpi bahwa nantinya proses-proses dan cara-cara berpolitik kita yang konyol bisa hilang dan kembali menciptakan kondisi yang kondusif. Mereka yang menghalalkan politik uang sudah jelas nanti ketika dia berhasil memenangkan dirinya dalam pemilu, dia akan berpikir bagaimana cara yang praktis untuk mengembalikan biaya politik yang dia keluarkan dulu dan sudah jelas uang rakyat yang akan digerogoti dan berakhir dengan semakin tingginya kesenjangan dan hanya menciptakan hilangnya kesejahteraan.

Penyelenggaraan pemilu yang baik bersih dan trasnparan semoga bisa tercapai. Masyarakat dapat diberi pengetahuan yang bermanfaat tentang perpolitikan yang sehat sehingga tidak mudah terhasut oleh oknum yang mengandalkan kekuatan finansialnya untuk mendapatkan kedudukan namun mereka lebih berpikir pada seberapa mampu dan bagaimana kapasitas dia dalam menjalankan roda pemerintahan.