Gerhana matahari adalah fenomena
alam langka yang terjadi di bumi. Salah satu penyebab terjadinya Gerhana adalah adanya kesamaan
lintasan antara bulan dan matahari atau bulan berada diantara matahari dan bumi
dalam satu lintasan. Dipandangan kita
akhirnya matahari tidak bersinar secara normal menyinari bumi disiang hari.
Kejadian langka ini melintasi negara Indonesia dalam beberapa menit. Data
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyebutkan ada 12 provinsi
yang yang akan dilintasi Gerhana Matahari Total (GMT) di Indonesia. Sumatera
Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Kalimantan barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat,
Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.
Antusias warga menunggu venomena
langka ini sungguh menakjubakan khusunya
diwilayah-wilayah yang dilintasi gerahana. Bahakan wisatawan asing tidak
melewatkan momen langka ini dengan membangun tenda-tenda khusus menunggu
gerhana dengan peralatan canggih hingga
yang tradisional.
Beberapa hari sebelum terjadinya gerhana, pemerintah
sudah mulai mengsosialisasikan kepada masyarakat bagaimana agar bisa
menyaksikan gerhana matahari ini dengan aman. Sebab rupanya jika kita
menyaksikan gerhana dengan mata telanjang tanpa peralatan yang baik akan
mengakibatkan kerusakan pada mata. Hal ini diakibatkan oleh pantulan sinar yang
langsung ke mata dengan sangat tajam
sehingga bagian mata seperti kornea bisa rusak Oleh karena itu tidak sedikit dibeberapa daerah,
pemda setempat menyediakan kaca mata khusus untuk menyaksikan gerhana itu
sampai ratusa ribu jumlahnya.
Dikota kendari tempat saya domisili,
gerhana matahari tahun 2016 ini tidak terjadi secara total. Hanya sekitar 96
persen saja namun cukup terasa bagaimana alam terasa redup disaat cahaya
matahari yang awalnya sangat cerah tiba tiba meredup skitar pukul 09.00 WITA.
Sepintas saya cermati, ada kemajuan yang sangat berarti terkait pemahaman
kita terhadap gerhana matahari. Sebab
tahun ini pemerintah dengan kemajuan teknologi dan bertambahnya ilmu
pengetahunan akhirnya mengiyajan kepada warga untuk menyaksikan terjadinya
gerhana tersebut secara langsung dengan peralatan yang direkomendasikan.
Tidak sedikit baik dijalan, di lapangan atau di depan
rumah, kita
melihat banyak warga dari kalangan anak-anak hingga orang tua ikut mengyaksikan
gerhana itu bahkan
mengabadikannya melalui foto diri sendiri atau selfie sebab disadari
jika kejadian langka ini tidak akan terjadi dalam waktu yang dekat. Butuh
waktu yang lama untuk terjadi
kembali. Maka kesukuran bagi kita yang ada dizaman ini bisa menyaksikan secara
langsung.
Tahun 1999 gerhana matahari juga
pernah melintasi Sulawesi tenggara namun dengan kondisi tekhnologi dan
pemahaman yang relative sedikit sehingga kita tidak menikmati keagungan tuhan
itu seperti sekarang ini.
Tahun 1999 Gerhana dan Keluargaku.
Saya ingin sedikit bernostalgia
melalui tulisan ini terkait Gerhana matahari tahun 1999 dengan keluargaku di
kampung halaman.
Dulu sekitar tahun 1999 Mitos-mitos
itu masih sangat kental dimasarakat khususnya dilingkungan keluargaku. Salah
satunya jika ada gerhana seperti ini diyakini akan ada hal buruk yang akan
datang. Kami juga memahami jika tejadi gerhana itu berarti matahari dimakan
oleh makhluk jahat sehingga tidak sedikit ada ritual yang dilakukan oleh kepala
adat dan warga untuk mengusir makhluk jahat tersebut.
Dulu dua hari sebelum gerhana, kampung sudah
mulai geger dengan berbagai
informasi. Pemerintah menginstrusikan
agar tidak ada masyarakat yang berkeliaran dijalan dan wajib mengunci diri
dalam rumah. Umur saya dulu masih sekitar 8 tahun sehingga sudah bisa mengingat
beberapa kejadian itu.
Percaya atau tidak satu hari sebelum
hari H kami sudah berkumpul bersama semua keluarga. Saudara dari bapakku ikut
bersama kami tinggal dalam satu rumah dan kami berjumlah 12 orang. sampai
sampai kami menyiapkan makanan untuk beberpa hari hanya karena persoalan
gerhana ini. Ada 3 panci lapa-lapa plus lauk pauk yang bisa bertahan lama saat
itu karena sudah bisa dipastikan tidak ada aktifitas apapun selama gerhana dan
juga kami yakini akan terjadi kegelapan dalam waktu yang cukup lama sehingga
persiapannya seperti itu.
Selama gerhana yang dilakukan oleh
keluarga kami hanya mengaji dan memukul lesung yang diyakini bisa mengusir
makhluk jahat yang memakan matahari sehingga matahari kembali bisa bersinar.
Parahnya saat itu lampu listrik belum baik apalagi disiang hari sehingga dunia
benar benar gelap. Tanpa cahaya listrik ataupun alam sedikitpun. Lampu lentera
dari kaleng susu menjadi satu satunya sumber pencahayaan itupun tidak boleh
terlalu terang. Sehingga keadaanya sungguh tidak bisa dibayangkan.
Singkat cerita dengan persedian
makanan seperti orang yang akan
melakukan perjalanan jauh dengan kondisi yang gelap gulita semua terlewatkan
dan saat ini beberapa daerah masih meyakini mitos itu walaupun sudah mulai
terkikis oleh ilmu dan teknologi. Semoga dengan gerhana ini bisa meningkatkan
keimanan kita kepada Allah SWT dan menjadikan kita sebagai ummat yang selalu
rendah diri dengan ilmu dan apa yang
telah kita miliki saat
ini.
No comments:
Post a Comment