Malang nasib seorang saksi dari
salah satu caleg partai di kota bau-bau. Alih alih mendapat bayaran atas
tugasnya malah dipingpong disuruh minta ke seorang peluncur caleg.
Beberapa hari yang lalu saya
berkunjung kerumah keluarga di kota bau-bau. Sejak di perjalanan, pemilu
menjadi topic hangat pembicaraan banyak orang. Pada tanggal 9 april 2014 yang
lalu masyarakat Indonesia memilih calon wakil wakilnya yang akan memperjuangkan
aspirasi mereka nanti.
Jam 2 siang, indahnya pulau kota
bau-bau mulai terlihat. Rumah yang berada diatas ketinggian, hingga aktifitas
masyarakat mulai terlihat dari atas kapal KM. Bahari yang mengantar kami ke
kota bau-bau. Kota bau-bau merupakan salah satu kota dengan peninggalan
kerajaan buton didalamnya. Peninggalan ini menjadikan kota bau-bau sebagai
salah satu kota yang dituju bagi mereka yang ingin melihat dan menyaksikan
salah satu bukti peninggalan sejarah kerajaan di Indonesia secara langsung.
Lorong kuda putih adalah tempat
menginap saya selama 3 hari di rumah keluarga. Hujan selama 2 hari mengguyur
kota bau-bau membuat saya tidak bisa keliling kota sambil menikmati keindahan
kota bau-bau. Pernah dimalam ke dua, hujan malu-malu untuk mengguyur kota
bau-bau. Saya mencoba mencuri waktu untuk berkunjung ke pantai kamali dan
alhasil belum lima belas menit langit hitam tanpa bintang kembali terlihat
dilangit.
Pilihan terbaik adalah pulang
sebelum hujan turun. Berhubung tempat nginap dengan kamali cukup jauh akhirnya
kami kedapatan hujan di kompleks pertokoan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu
hujan redah, martabak special menjadi pilihan saat itu. Tidak lama kemudian
hujan mengizinkan kami kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai dirumah.
Diesok harinya seorang tukang cat
tembok, kosen dan sejenisnya datang kerumah (Tempat Nginap) untuk mengerjakan
pengecatan tembok yang beberapa hari dimulainya. Ditengah keseriusannya
mengecat, ketelatenannya yang memperlihatkan pengalaman mengecatnya yang tidak
diragukan lagi, ternyata dia juga seorang yang senang dengan dunia politik.
“Om” sapaan yang kami berikan kepada
pria yang telah berumur tidak mudah lagi yang saya perkirakan 50 an keatas,
sangat senang diajak cerita. Walaupun umurnya tidak mudah lagi, namun semangat
kerjanya tidak turun hingga bagi saya kemampuannya masih seperti pria yang
berumur 20 an. Dia berkata pada saya, dia mampu bekerja dari jam 7 pagi hingga
jam 5 sore tanpa istrahat yang penting pekerjaan itu dilakukannya dengan
berdiri.
Pria yang sudah mendapatkan cucu
14 orang ini, telah banyak melewati hiruk pikuk dunia ini, pengalaman berharga
hingga hal-hal yang dianggapnya sangat berat dijalaninya. Namun inilah
kehidupan yang nyata. Pada pemilu tahun 2014, dia menjadi seorang peluncur
salah satu calon anggota legislative dari salah satu partai untuk daerah
pemilihan kota bau-bau. Mereka berkerja sebaik mungkin untuk memenangkan salah
satu figure yang merekan dukung.
Ditengah kesibukannya mengecat
dan sesekali bercanda dan mendengarkan perbincangan kami dengan beberaa orang
di dekatnya. paman saya bertanya kepada saya tentang pemilu di kampung. “Siapa
yang memenangkan pemilu baru baru dikampungmu? Sambil kami melihat Om mengecat,
saya menjawab pertanyaan itu. Ternyata Om juga mendengar dan dia mulai
bercerita tentang perjuangan mereka dalam memenangkan Pilcaleg waktu itu hingga
pemilihan dimulai.
Sering dia mengungkapkan,
bagi-bagi uang dalam pemilihan itu menjadi hal lumrah dizaman sekarang ini
walaupun itu dilarang. Beberapa orang caleg rela ratusan juta menghamburkannya
demi mendapatkan suara yang banyak walaupun itu masih abu-abu apakah dia akan
dipilih atau tidak.
Ada hal yang sangat menarik
menurut saya dalam ceritanya. “Saksi
Partai” ya saksi partai salah satu caleg yang mereka dukung. Umumnya saksi
partai selalu mendapat bayaran dari caleg yang memintanya menjadi saksi. Kita tau
bahwa pekerjaan saksi tidaklah ringan. Mulai dari memantau, mencatat
perhitungan suara, hingga melaporkan hasil rekap suaranya. Olehnya itu wajar
saja kalau mereka meminta balas jasa berupa uang tunai kepada caleg.
Bayaran itu sifatnya wajib bagi
setiap mereka yang ditugaskan sebagai saksi. Informasi yang saya dapatkan dari
Om, bayaran itu berkisar 200 ribu hingga 500 ribu rupiah per orang. Yang menarik,
ternyata figure yang mereka perjuangkan dalam pemilu itu tidak mendapatkan
suara yang maksimal dan hasilnya caleg itu gugur.
Bagaimana pun hasilnya tentunya
seorang caleg harus bisa menerimanya selama itu tidak ada kecurangan dalam
proses perhitungan suara. Selain itu tentunya dia tidak bisa lupa dengan
kewajibanya terhadap saksi-saksi yang ditugaskannya dalam perhitungan suara.
Namun Oknum caleg ini tidak seperti itu. Parahnya saksi yang meminta bayaran
pun tidak dipenuhinnya dan malah dia menyuru untuk meminta uang itu kepada
peluncur ,yang menurut dia karena mereka telah mengambil uang tunai.
Om mengatakan “mungkin dia kira
uang itu kami ambil untuk pribadi dan tidak digunakan untuk memenangkan dia. Padahal
kami sudah memanfaatkan uang itu untuk upaya memenangkannya”. Saksi itu beberapa kali detang ke caleg dan
jawabannya hanya satu “Minta sama peluncur”. Sialnya, Om adalah salah satu
peluncur itu. Hampir tiap hari, saksi itu datang dirumah Om untuk mengambil apa
yang menjadi haknya. Setelah beberapa kali datang, Om merasa terganggu dan
menganggap hal ini bisa menjadi masalah. Akhirnya Om terpaksa korban uang
pribadi untuk membyarkan saksi itu. Padahal itu adalah tanggung jawab caleg. Om
bilang “Dari pada Ribut”
Refleksi bagi kita*****
Mendukung dan menjadi tim pemenag
untuk salah seorang caleg adalah keputusan yang biasa dalam dunia perpolitikan.
Semua partai dan caleg memiliki tim pemenang dalam pemilu begitu pula dalam
urusan saksi partai atau saksi untuk caleg tertentu. Kecerdasan dalam
menentukan siapa yang akan didukung dalam pesta demokrasi harus menjadi
perhatian bagi setiap individu. Karena tanggung jawab mereka tidak ringan di
parlemen. Mereka akan berjuang untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Dibutuhkan tanggung
jawab dan kecerdasan mereka untuk mewujudkan itu. Jangan sampai kedudukan
mereka di parlemen tidak berguna dan hanya untuk kepentingan pribadinya.
Apalagi tanggungjawab yang
dilepas seperti cerita Om diatas. Mungkin ini hal kecil tapi inilah gambaran
nyata di masyarakat dari mereka yang mencalonkan dirinya sebagai anggota legislative.
Apabila ada yang meminta anda untuk menjadi saksi caleg tertentu, liat-liat
dulu figure itu. Bertanggungjawab atau tidak. Pastikan anda mengenal dia dan jangan
sampai anda seperti saksi diatas. Kerja siang malam dan berakhir dengan rasa
pahit “ Di pingpong”. Lebih parah, orang lain yang dirugikan.
No comments:
Post a Comment