Friday, April 25, 2014

Om Dan Saksi di Pesta Demokrasi

Malang nasib seorang saksi dari salah satu caleg partai di kota bau-bau. Alih alih mendapat bayaran atas tugasnya malah dipingpong disuruh minta ke seorang peluncur caleg.

Beberapa hari yang lalu saya berkunjung kerumah keluarga di kota bau-bau. Sejak di perjalanan, pemilu menjadi topic hangat pembicaraan banyak orang. Pada tanggal 9 april 2014 yang lalu masyarakat Indonesia memilih calon wakil wakilnya yang akan memperjuangkan aspirasi mereka nanti.

Jam 2 siang, indahnya pulau kota bau-bau mulai terlihat. Rumah yang berada diatas ketinggian, hingga aktifitas masyarakat mulai terlihat dari atas kapal KM. Bahari yang mengantar kami ke kota bau-bau. Kota bau-bau merupakan salah satu kota dengan peninggalan kerajaan buton didalamnya. Peninggalan ini menjadikan kota bau-bau sebagai salah satu kota yang dituju bagi mereka yang ingin melihat dan menyaksikan salah satu bukti peninggalan sejarah kerajaan di Indonesia secara langsung.

Lorong kuda putih adalah tempat menginap saya selama 3 hari di rumah keluarga. Hujan selama 2 hari mengguyur kota bau-bau membuat saya tidak bisa keliling kota sambil menikmati keindahan kota bau-bau. Pernah dimalam ke dua, hujan malu-malu untuk mengguyur kota bau-bau. Saya mencoba mencuri waktu untuk berkunjung ke pantai kamali dan alhasil belum lima belas menit langit hitam tanpa bintang kembali terlihat dilangit.

Pilihan terbaik adalah pulang sebelum hujan turun. Berhubung tempat nginap dengan kamali cukup jauh akhirnya kami kedapatan hujan di kompleks pertokoan. Untuk mengisi waktu sambil menunggu hujan redah, martabak special menjadi pilihan saat itu. Tidak lama kemudian hujan mengizinkan kami kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai dirumah.
Diesok harinya seorang tukang cat tembok, kosen dan sejenisnya datang kerumah (Tempat Nginap) untuk mengerjakan pengecatan tembok yang beberapa hari dimulainya. Ditengah keseriusannya mengecat, ketelatenannya yang memperlihatkan pengalaman mengecatnya yang tidak diragukan lagi, ternyata dia juga seorang yang senang dengan dunia politik.

“Om” sapaan yang kami berikan kepada pria yang telah berumur tidak mudah lagi yang saya perkirakan 50 an keatas, sangat senang diajak cerita. Walaupun umurnya tidak mudah lagi, namun semangat kerjanya tidak turun hingga bagi saya kemampuannya masih seperti pria yang berumur 20 an. Dia berkata pada saya, dia mampu bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore tanpa istrahat yang penting pekerjaan itu dilakukannya dengan berdiri.

Pria yang sudah mendapatkan cucu 14 orang ini, telah banyak melewati hiruk pikuk dunia ini, pengalaman berharga hingga hal-hal yang dianggapnya sangat berat dijalaninya. Namun inilah kehidupan yang nyata. Pada pemilu tahun 2014, dia menjadi seorang peluncur salah satu calon anggota legislative dari salah satu partai untuk daerah pemilihan kota bau-bau. Mereka berkerja sebaik mungkin untuk memenangkan salah satu figure yang merekan dukung.

Ditengah kesibukannya mengecat dan sesekali bercanda dan mendengarkan perbincangan kami dengan beberaa orang di dekatnya. paman saya bertanya kepada saya tentang pemilu di kampung. “Siapa yang memenangkan pemilu baru baru dikampungmu? Sambil kami melihat Om mengecat, saya menjawab pertanyaan itu. Ternyata Om juga mendengar dan dia mulai bercerita tentang perjuangan mereka dalam memenangkan Pilcaleg waktu itu hingga pemilihan dimulai.

Sering dia mengungkapkan, bagi-bagi uang dalam pemilihan itu menjadi hal lumrah dizaman sekarang ini walaupun itu dilarang. Beberapa orang caleg rela ratusan juta menghamburkannya demi mendapatkan suara yang banyak walaupun itu masih abu-abu apakah dia akan dipilih atau tidak.

Ada hal yang sangat menarik menurut saya dalam ceritanya. “Saksi Partai” ya saksi partai salah satu caleg yang mereka dukung. Umumnya saksi partai selalu mendapat bayaran dari caleg yang memintanya menjadi saksi. Kita tau bahwa pekerjaan saksi tidaklah ringan. Mulai dari memantau, mencatat perhitungan suara, hingga melaporkan hasil rekap suaranya. Olehnya itu wajar saja kalau mereka meminta balas jasa berupa uang tunai kepada caleg.

Bayaran itu sifatnya wajib bagi setiap mereka yang ditugaskan sebagai saksi. Informasi yang saya dapatkan dari Om, bayaran itu berkisar 200 ribu hingga 500 ribu rupiah per orang. Yang menarik, ternyata figure yang mereka perjuangkan dalam pemilu itu tidak mendapatkan suara yang maksimal dan hasilnya caleg itu gugur.

Bagaimana pun hasilnya tentunya seorang caleg harus bisa menerimanya selama itu tidak ada kecurangan dalam proses perhitungan suara. Selain itu tentunya dia tidak bisa lupa dengan kewajibanya terhadap saksi-saksi yang ditugaskannya dalam perhitungan suara. Namun Oknum caleg ini tidak seperti itu. Parahnya saksi yang meminta bayaran pun tidak dipenuhinnya dan malah dia menyuru untuk meminta uang itu kepada peluncur ,yang menurut dia karena mereka telah mengambil uang tunai.

Om mengatakan “mungkin dia kira uang itu kami ambil untuk pribadi dan tidak digunakan untuk memenangkan dia. Padahal kami sudah memanfaatkan uang itu untuk upaya memenangkannya”.  Saksi itu beberapa kali detang ke caleg dan jawabannya hanya satu “Minta sama peluncur”. Sialnya, Om adalah salah satu peluncur itu. Hampir tiap hari, saksi itu datang dirumah Om untuk mengambil apa yang menjadi haknya. Setelah beberapa kali datang, Om merasa terganggu dan menganggap hal ini bisa menjadi masalah. Akhirnya Om terpaksa korban uang pribadi untuk membyarkan saksi itu. Padahal itu adalah tanggung jawab caleg. Om bilang “Dari pada Ribut”

Refleksi bagi kita*****
Mendukung dan menjadi tim pemenag untuk salah seorang caleg adalah keputusan yang biasa dalam dunia perpolitikan. Semua partai dan caleg memiliki tim pemenang dalam pemilu begitu pula dalam urusan saksi partai atau saksi untuk caleg tertentu. Kecerdasan dalam menentukan siapa yang akan didukung dalam pesta demokrasi harus menjadi perhatian bagi setiap individu. Karena tanggung jawab mereka tidak ringan di parlemen. Mereka akan berjuang untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Dibutuhkan tanggung jawab dan kecerdasan mereka untuk mewujudkan itu. Jangan sampai kedudukan mereka di parlemen tidak berguna dan hanya untuk kepentingan pribadinya.


Apalagi tanggungjawab yang dilepas seperti cerita Om diatas. Mungkin ini hal kecil tapi inilah gambaran nyata di masyarakat dari mereka yang mencalonkan dirinya sebagai anggota legislative. Apabila ada yang meminta anda untuk menjadi saksi caleg tertentu, liat-liat dulu figure itu. Bertanggungjawab atau tidak. Pastikan anda mengenal dia dan jangan sampai anda seperti saksi diatas. Kerja siang malam dan berakhir dengan rasa pahit “ Di pingpong”. Lebih parah, orang lain yang dirugikan. 

No comments:

Post a Comment