Alhamdulillah Pesta Demokrasi
kali ini akan dilaksanakan lagi (9-April-2014). Jauh hari para kandidat bersama
tim pemenangan terus berusaha mendapatkan simpatisan baik dengan kampanye
terbuka dilapangan hingga masuk ke komunitas bahkan bersifat door to door.
Baliho yang berukuran kecil dan
besar terpampang di tepian jalan, perempatan hingga di pagar-pagar rumah warga.
Stiker masing-masing kandidat mulai bertebaran dimana-mana. Beberapa orang
kandidat rela merubah warna kendaraannya (Mobil) dengan warna partai yang
memayunginya. Tidak sedikit kita melihat mobil yang berstiker full body dengan
partai Golkar, PPP, PDI, PKS, Gerindra dan beberapa partai lainnya.
Dalam masa kampanye tidak sedikit
posko-posko pemenangan dibangun dilorong-lorong yang bertujuan untuk
memperlihatkan basis suaranya. Tahun ini ada 12 partai yang akan ikut serta
dalam pemilihan baik pemilihan Presiden, DPR, DPD, DPR Provinsi dan Kabupaten.
Kampanye terus dilakukan untuk meraut suara sebanyak banyaknya. Berbagai macam
cara yang dilakukan para kandidat untuk mememenagkan perolehan suara
didapilnya.
Di Sulawesi tenggara terdapat
5.468 tps yang tersebar di 12 Kabupaten kota se Sulawesi tenggara dengan total
pemilih sebanyak 1.785.023 orang. Selain itu, terdapat 5 kursi untuk Caleg DPR RI yang diperrebutkan oleh 60
calon. Ada 4 kursi untuk DPD RI yang diperrebutkan oleh 63 calon. Untuk DPRD
Prov Sulawesi Tenggara ada 45 Kursi yang
diperrrebutkan oleh 528 calon dari 6 dapil. Sementara itu untuk DPRD Kab/Kota
terdapat 345 kursi yang diperrebutkan oleh 3.842 orang calon. Sehingga total
keseluruhan caleg di Provinsi Sulawesi tenggara adalah 4.493 orang dengan 399
kursi.
Sulawesi tenggara merupakan salah
satu daerah kepulauan. Beberapa kabupaten disulawesi tenggara di pisahkan oleh
lautan. Beberapa kabupaten itu adalah kabupaten Muna, Buton, Buton Utara dan
Wakatobi. Khusus di kabupaten muna untuk dapil 3 terdapat 11 kursi yang di
diperrebutkan oleh 132 caleg.
Hal menarik kerap terjadi di saat
mendekati hari H pemilihan, baik pemilihan aggota legislative hingga pemilihan
kepala desa khususnya dikalangan penduduk desa di kecamatan maligano. Pesta
Demokrasi bagi beberapa orang dikecamatan maligano, bukan hanya ajang memilih
siapa yang menjadi calon yang akan dipilih, tetapi juga merupakan salah satu momen
untuk berkumpul bersama keluarga di kampung bagi mereka yang ada di rantau.
Spesial bagi teman-teman yang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada universitas Halu Oleo di kota Kendari,
pesta demokrasi menjadi ajang pulang kampung gratis. Kebiasaan ini telah
menjadi budaya pemilu bagi mereka yang siap menanggung ongkos Pergi Pulang
(PP). Beberapa orang Caleg atau Kades siap membayar ongkos PP apabila mereka
bisa menyatakan sikap untuk memilih dia.
Disetiap musim Pemilu, suara
mahasiswa yang diluar daerah menjadi buruan bagi mereka yang mau bertarung di
pesta demokrasi. Bagi teman-teman mahasiswa sendiri menganggap hal itu bukan
suatu hal membeli suara tapi lebih pada mobilisasi masa. Sehingga tentu ini menjadi
hal yang sah-sah saja karena intinya naik kapal gratis untuk pulang kampung.
Budaya pulang kampung gratis
pemilu seperti ini sudah terjadi dari beberapa tahun yang lalu. Bisa
dibayangkan jumlah teman-teman di perguruan tinggi jumlahnya mencapai 50 hingga
70 an orang menjadi suara mutlak bagi kita. Sudah banyak keberhasilan yang diperoleh dengan cara seperti ini.
Beberapa caleg di kabupaten lain mungkin menganggap hal ini adalah hal sepeleh
namun sebenarnya sangat baik untuk meraut suara.
No comments:
Post a Comment