Pemilu raya telah usai, namun iforia itu seakan belum move on. Move On? Mengapa menggunakan kata Move On? Buruk kah itu??
Politik saat ini sepertinya sudah
lari dari nilai luhur perpolitikan itu sendiri. Mungkin karena pergeseran
pemahaman atau kesalahan memahami daripada politik itu sendiri. Pesta Politik
seyogyanya bisa memberikan manfaat yang mencerahkan. Memilih pemimpin yang
tepat untuk memimpin daerah.
Perubahan paradigma itu seakan
menggiring kita untuk membuat kotak-kotak dan menutup rasa kemasyarakatan yang
akrab dan hidup dalam ruang moralitas. Sepintas kita menyaksikan banyak
perpecahan akibat buah dari pesta demokrasi. Buah dari politik itu seperti
racun pemisah nilai politik itu sendiri. Padahal politik itu seni. Ruang untuk
berekspresi dan membentuk suatu kehidupan dan kemajuan bersama. Jika PLATO mengatakan bahwa politik itu adalah suatu usaha untuk mencapai masyarakat
politik yang terbaik dalam politik, kemudian didalamnya mengisyaratkan bahwa
manusia akan hidup bahagia karena memiliki peluang untuk mengembangkan bakat
hidup dengan rasa kemasyarakatan yang akrab dan hidup dalam suasana moralitas.
Lantas ada apa dengan kita. Mengapa selalu menuai perpecahan dan menghilangkan
nilai kemasyarakatan itu.
Pendapat yang mengungkapkan
perpecahan itu adalah fenomena politik
agaknya kurang tepat. Sebab efek dari perpecahan itu sangatlah besar baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Mengarah kepada persoalan jangka panjang
yang berakhir pada hilangya dukungan untuk menyukseskan kepemimpinan atau juga
dalam jangka pendek berakhir pada aksi serang antar pendukung.
Upaya untuk mengantarkan figur yang
kita inginkan menang itu perlu diapresiasi selama masih dalam cara-cara yang
tepat. Hasilnya jika kita keluar dari garis itu pasti akan menuai banyak
kerugian, baik itu waktu materi maupun perasaan. Tahun 2015 boleh dibilang
merupakan tahun demokrasi. Sebab dengan dilakukannya pemilihan umum kepala
daerah serentak semua daerah disibukkan dengan persiapan itu. Tujuannya satu
yaitu untuk menghasilkan pemimpin daerah yang tepat.
Provinsi Sulawesi tenggara tidak
luput dari pesta demokrasi besar itu. Saat ini pleno KPU telah dilakukan dan
beberapa daerah telah mengumumkan
pemenang/pemimpin daerahnya selama 5 tahun kedepan. Kendati demikian
beberapa daerah masih merasa pimilihan ini belum usai. Maksudnya masih ada upaya upaya penggugatan dari hasil
perhitungan suara itu yang dianggap tidak benar dalam pemungutannya atau ada
praktik praktik kotor dalam pelaksanaan pemungutan suara yang dimaksud. Jika
itu benar maka lakukanlah gugatan selama ada bukti bukti sah.
Kabupaten Muna merupakan salahsatu
daerah pelakon pemilu raya itu. Lahirnya tiga figure dan kemudian bertarung
untuk memenangkan kursi nomor satu di muna memberikan warna persaingan antar
figure yang menarik. Walaupun kemudian lahirlah kotak kotak yang membentuk
benteng tersendiri untuk berjuang dan mengamankan suara sebanyak-banyaknya demi
meraih kemenangan nantinya. Hanya saja yang kemudian menjadi persoalan adalah
timbulnya perpecahan yang berhujung pada tindak anarkis alias konflik.
Hasil pemilihan yang menunjungkan
persaingan figur nomor satu dan tiga yaitu Rusaman dan Baharudin yang hanya
berpaut 33 suara menjadikan pemilu kali ini sangat menarik dan sengit.
Sepanjang sejarah pemilu di SULTRA, belum pernah ada pemilihan kepala daerah
yang hanya selisih suara seperti ini. Namun apapun itu tetap menang. Hasil
pleno KPU muna mengumumkan bahwa Paslon Dokter baharudin dan La Pili
memenangkan pemilukada itu yang selisish 33 suara tadi. Namun dari pihak Rusman
juga merasa angka ini penuh dengan permainan kotor yang kemudian hasil
pemilihan tersebut di ajukan di MK untuk digugat.
Perjuangan Rusman saya rasa sangat berat
sebab ini berkaitan juga dengan status beliau yang jika betul betul tidak
berhasil dalam gugatan itu, persis beliau menjadi pengangguran politik. Posisi
dia di DPD telah di isis oleh orang lain sebab itu menjadi bagian dari syarat
untuk mencalonkan diri ketika masih memiliki jabatan di Parlemen. Semoga saja
perjuangan dia tidak sia sia. Jika itu benar benar ada kecurangan didalamnya.
Disisi lain saya ingin mengucapkan
selamat kepada dokter yang dinyatakan menang dalam pemilihan suara itu. Tetapi
saya juga mulai berpikir apa yang akan terjadi dalam lima tahun kedepan ini.
Sebagai pemimpin di kabupaten muna yang sudah memiliki umur tua (Muna) tentu
bukan menjadi hal mudah. Terlebih lagi bahwa dengan karakteristik daerahnya
yang unik, tentu menjadi pekerjaan rumah yang rumit baginya.
Selama memimpin di kabupaten muna,
ada banyak isu yang mengatakan bahwa tidak ada pembangunan yang berarti di
kabupaten muna selama kepemimpinan itu ada dijari telunjuknya. Muna jalan di
tempat bahkan bila dibandingkan dengan Ridwan selama memimpin muna, itu jauh
tertinggal. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa selama memimpin, dokter
berada dalam tekanan baik dari atas maupun peninggalan kepemimpinan ridwan yang
meninggalkan banyak utang daerah. Banyak uang digelontorkan untuk mengntaskan
persoalan itu sehingga hanya bisa jalan ditempat.
Tapi apapun itu sebagai masyarakat
muna tentu besar keinginan kita ingin melihat daerah ini maju dengan cepat
dengan membawa nilai budaya dan kearifan lokalnya. Khusus untuk ekonominya,
tentu kita bisa menilai dengan angka statistik PDRB yang secra resmi legal
untuk menilai perkembangan perekonomian daerah. Laju pertumbuhan Rill PDRB kita
cenderung melambat selama kepemimpinan dokter pada tahun 2010 sampai tahun
2013. Setelah tahun 2011 perekonomian
kita tumbuh 8,12 persen, ditahun 2012 perekonomian kita hanya
tumbuh 7.85 persen, bahkan tahun 2013
kita masih mengalami deflasi pertumbuhan perekonomian. Kita hanya mampu
menghasilkan pertumbuhan dibawah angka 7
persen. Namun patut disyukuri juga bahwa setelah tiga tahun itu ada upaya yang
lebih baik dalam mendorong perekonomian muna yang ditunjukan degan laju
pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif yang mencapai angka 9.33 persen pada
tahun 2014.
Selain itu, masih banyak lagi yang
harus menjadi pekerjaan rumah kita. Missal angka pengangguran yang masih
tinggi, tingkat kemiskinan yang masih memprihatinkan sampai dengan posisi kita
dalam Indeks pembangunan manusia yang kira kira berada di posisi 10 atau 11 dari
12 kabupaten kota di Sulawesi tenggara. Tentu menjadi prihatin jika melihat
umur kabupaten muna yang sudah sangat lama membentuk daerah otonom tersendiri.
Pertanyaan besarnya adalah bagaimana dengan kualitas sumber daya kita. Apakah
tidak ada kemauan untuk membangun daerah kalau dari sisi pemerintah. Ataukah
budaya malas kita menggerogoti semangat berusaha kita. Ataukah kita tidak
memeiliki akses untuk berkarya dan membangun ekonomi daerah ini. Tentu selalu
dipulangkan kepada bagaimana daerah ini dipetakkan, diolah untuk menjadi
kekuatan ekonomi yang baik dan mengakomodir semua kepentingan. Khususnya
kepentingan untuk memberikan ruang yang
baik bagi pelaku ekonomi untuk bisa berkembang.
Kita harus lebih kreatif
memanfaatkan peluang dan kemampuan kita untuk membangun kabupaten muna yang
labih baik. Gaya kepemimpinan, praktik praktik kotor yang tidak membangun
segera kita tinggalkan, kita harus tegas dalam menyikapi perseolan yang
sifatnya mendasar dan merupakan kebutuhan masyarakat.
Saya meyakini bahwa harus ada upaya
upaya untuk meningkatkan produktifitas masyarakat kita jika ingin melihat
kabupaten muna yang lebih berkembang. Mesti ada dukungan yang kuat berupa
kebijakan untuk membuka sebesar besarnya ruang yang dapat dijadikan arena
membangun perekonomian rakyat khususnya di kabupaten muna. Tentu jika
produktifitas kita tinggi patut dicurigai ada perubahan signifikan yang
dilkukan untuk membangun muna khususnya dibidang ekonomi. Akan menjadi
kebanggan bagi kita dengan melihat perkembangan dan kemajuan itu yang artinya
upaya mencapai kesejahteraan ekonomi itu telah dilakukan oleh pemerintah/pemimpin
kita. Ada banyak harapan yang dibebankan kepada dokter baharudin jika
pemilukada tahun ini resmi diputuskan atau ketika dokter dilantik sebagai
bupati muna.
Namun dalam lima tahun kedepan kita
butuh terobosan baru untuk merangsang perekonomian kita dalam penataan
kebijakan yang terpat sasaran. Sebab jika tidak ada kecenderungan posisi kita
akan tetap ditempat bahkan cenderung terjadi pertumbuhan perekonomian yang
lesu. Hitungan say ajika kita tidak lebih agresif maka posisi kita dalam tiga
tahun kedepan pertumbuhan ekonomi kita mungkin saja hanya bisa mencapai 5
persen sekian.
Semoga pesta demokrasi kita tidak
selalu menuai konflik dan berakibat pada hilangnya dukungan untuk sukses. Sebab
membangun daerah bukan pekerjaan mudah. Butuh persatuan dan sinergi bersama
untuk menciptakan kondisi yang baik disegala ruang. Semoga kita bisa move on
dan mulai bekerja membangun muna. Hapuskan kotak kotak politik dan mari
bersatu. Sebab pekerjaan rumah kita masih banyak dan relative rumit.
Salam_Bukit_Labora.
Yusdin
No comments:
Post a Comment