*****Menerjang Badai*****
Pukul 05.00 dini hari, mobil yang akan
mengantar kami ke pantai tempat kapal sandar untuk memulai petualangan telah
tiba. Semua barang dan peralatan dikemas dan diangkut diatas mobil. Mulai dari
drone, kamera hingga makanan untuk santap siang di perjalanan ke pulau kecil.
Tidak lupa kami membawa generator (sewa) untuk persiapan charger batrey drone.
Karena satu pulau dalam hitungan kami untuk peroses pengambilan video dan foto
bisa mengahabiskan daya satu batrey. Jadi setiap satu pulau kami plot satu
batray.
Perjalannya dimulai dari sini. Setelah
menikmati matahari terbit di pantai huntete (salahsatu pantai desa kulati)
suara bodi mulai terdengar mendekati kami dari seberang tanjung. Peralatan dan
perlengakapan siap naik diatas kapal dan telah bersusun rapi di tepi pantai
seakan tak sabar menikmati perjalanan.
Sembari menunggu kapal sandar di pantai,
teman-teman tim tidak menyia-nyiakan waktu untuk berpose mengabadikan keindahan
pantai huntete yang memiliki pasir putih nan halus dan memiliki segudang
cerita. Konon diujung pantai ini terdapat sebuah kapal besar milik orang
belanda yang karam dan tenggelam disana. Sampai saat ini menurut pengakuan
beberapa orang yang pernah menyelam disana, badan kapal tersebut masih utuh
namun dijaga oleh makhluk laut yang sulit untuk percaya. Berwarna hitam dan
besar. Bukan Cuma itu, diatas batuan yang tepat diatas pantai itu pula ada
sebuah Meriam besi yang digunakan oleh orang-orang terdahhulu untuk
mempertahankan wilayah ini dari musuh.
Tapat pukul 07.30 suara bodi itu makin
nyaring dan terasa dekat sampai akhirnya terlihatlah sosok paru baya berdiri
tegap diatas bodi batang itu dan mendekati kami dengan kapalnya yang akan
mengantrkan kami ke pulau-pulau itu. Sukurnya kapalnya lumayan besar dan cukup
aman dalam hitungan saya sebagai orang yang hidup di dekat laut.
Sekitar jam 08.00 bodi kami bertolak dari
pantai huntete. Hari ini kami menargetkan beberapa pulau akan kami kunjungi.
Pulau ndaa, pulau runduma, pulau koromaha, pulau moromaho, pulau lentea dan
pulau sawa.
Sebenarnya keberangkatan kami ini menuai
kontrofersi juga. Khususnya beberapa orang di desa kulati tempat kami menginap.
Tidak lain karena rute yang akan kami tempuh sangat jauh dan hanya dengan kapal
bodi kayu yang menurutnya itu sangat berresiko. Sebelum kami berangkat waktu
paginya saya sempat berbicara 4 mata dengan bapak itu. Saya dipanggilnya dan
bertanya apakah kami serius mau kepulau-pulau itu? Saya bilang ya. Kami sudah
mengagendakannya. Dia bertanya lagi. Apakah kamu sudah tau sejauh mana
pulau-pulau itu, saya bilang belum tau persis tapi saya berpikir kalau menurut
guide kami itu bisa kenapa tidak. Bapak itu hanya mengangguk dan kembali
berbicara kepada saya. Ingat tempat yang akan kalian kunjungi itu sangat jauh
dan itu jarang di jamah orang. Saya menitip pesan kalian hati-hati dan jangan
salah bicara. Beritahu teman-temanmu,. Jaga bicaranya.
Dalam mitos dan yang kami pahami bahwa
salah bicara itu akan membawa petaka. Entah bagaimana tapi seperti itulah dia
berkerja. Membungkus sebuah fakta dalam keyakinan yang didengungkan
berulangulang hingga menjadi kebenaran.
Dengan bismillah kami memulai perjalanan
dari pulau besar tomia menuju ke pulau ndaa. Destinasi pertama di pulau tomia
dan setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan ke pulau runduma. Dalam
hitungan nahkoda kapal kami, paling lambat 2 jam kami sudah akan sampai di
pulau ndaa kalau cuacanya teduh.
Kami sangat menikmati perjalanan, dalam
setengah jam perjalanan kami duduk santai sambil mencicipi makanan ringan yang
telah kami siapkan. Cuca masih sangat bersahabat. Tanpa angin, langit cerah, dan
tidak bergelombang. Sehari sebelum keberangkatan memang kami coba terus
memantau website resmi BMKG dan memang disitu terlihat dalam tanggal perjalann
kami ini, cuaca sangan baik, tanpa gelombang dan angina kencang. Ini memberikan
kami penguatan untuk tetap kepulau-pulau itu. Sampai akhirnya sekitar 1 jam 30
menit perjalanan, kondisi lautan mulai berubah 100 persen. Astaghfurullah
Mulai hati kecilku berbicara, ada apa
dengan langit? Kami berada ditengah lautan. Laut banda dengan kapal bodi tanpa
atap. Menggunakan mesin diesel/engkol. Kami harus menghadapi cuaca ekstrim.
Saya mulai berpikir bagaimana BMKG yang kemarin? Tapi lagi-lagi itu ramalan.
BMKG bukan tuhan dan hanya tuhan yang pasti. Lagi lagi sebatas meramalkan.
Langit mulai hitam, gelap dan butiran air
hujan mulai menetes sedikit demi sedikit. mulai membasahi kami. Angin mulai
bertiup pelan dan hujan mulai deras gelombang air laut mulai terasa. Sejak itu
mataku tidak lagi kemana-mana. Saya terus-terus melihat di arah wajah nahkoda
kapal. Saya yakin selama nahkoda belum panik insya allah masih bisa kami lalui.
Posisi duduk saya paling depan dan ditengah
kami tumpuk semua barang bawaan dan kami menutupinya dengan terpal biru agar
tidak basah. Dari arah kiri langit sudah sangat gelap terlihat ada angin kencang
yang lambat laun akan menghampiri kami. Saya mencoba menoleh kebelakang dan
melihat pulau tomia tempat kami star awal tadi, Dan itu nihil stelah 2 jam
perjalanan pulau tomia sudah tidak terlihat lagi.
Saya selalu berdoa semoga tidak terjadi apa
apa dengan kapal kami khususnya mesinnya. Kami tidak punya mesin cadangan. Bila
mesin ini bermasalah maka tamatlah kami. Saya mengenakan baju dua lapis dan
hujan turun sangat deras. saya mulai merasa kedinginan, angin kencang, gelap,
gelombang air laut mulai memukul bodi kami dari samping. Air telah menembus
baju dan saya mulai gemetaran. Gemetar yang bercampur aduk. Khawatir dan
kedinginan.
Nahkoda kapal meminta kami untuk tenang dan
berpegangan dan memastikan barang bawaan kami aman dari hujan dan air laut. Dia
meminta kami untuk lebih baik berbaring saja karena kapal mulai goyang.
Beberapa tim saya melakukan itu. Masuk dibawah terpal dan berbaring. Dan saya
tidak lakukan itu, ada kekhawatiran. Saya bertahan pada posisi dudukku dan
berpegangangan sekuat tenaga di bodi kapal. Angin, gelombang dan hujan tak
kunjung berhenti. Saya mulai berpikir apakah kami masih akan pulang dengan
selamat. Dalam hati ini pertama kali saya menghadapi kondisi seperti ini.
Ditengah laut (laut banda) dengan kondisi sedemikian rupa.
Dalam kondisi itu, nahkoda kapal kami terus
berusaha mencapai pinggir pantai. Kami sudah melihat pulau ndaa namun masih
sangat buram. Angin dan hujan menutup pandangan kami. Kami telah melihat
mercusuar yang berdiri di dekat pantai namun kami sangat kesulitan untuk
mencapai posisi yang kami harpkan. Kapal kami tidak bisa maju dengan normal.
Terbawa gelombang air laut dan angin dan Pada puncaknya gelombang keras datang.
Hujan dan angin bertiup sampai kapal
kampi karam dan tidak bisa goyang. Kekhawatiran kami bertambah. Kami khawatir
karang bisa merusak bagian bawah kapal karena terus dipukul oleh ombak, kami
khawatir dengan beling-baling kapal dan kemudi yang bisa saja patah karena
gelombang dan batu karang. Kapal kami sangat berpotensi terbalik karena bagian
bawah kapal telah duduk diatas batu karang. Kapal kami diam dan mesin dimatikan
dengan terpaksa. Pula yang kami tuju masih cukup jauh. Masih butuh waktu 30
menitan untuk mencapainya dalam kondisi normal.
Sampai akhirnya nahkoda kapal kami melompat
ke laut dan memeriksa kondisi baling-baling dan kemudinya. Angin dan hujan
masih terus bertiup kencang dan deras. kapal kami tidak bisa maju dan mundur.
Ombak dari samping sangat membahayakan posisi kapal. Karena kondisi kapal yang
karam dan tidak bisa goyang akhirnya kami semua memutuskan untuk turun dari
kapal kecuali salah seorang tim kami yang tidak tau berenang. dia tetap duduk
tenang diatas kapal. Rasa khawatir akan adanya makhluk laut hilang dan focus menyelamatkan
kapal agar kondisi kami tidak bertambah parah.
Kami berusaha mendorong kapal kami agar
bisa mengapung. Untungnya ketika kami ke pulau ndaa kami berjumlah 9 orang.
Walaupun kapalnya cukup besar tapi dengan usaha yang bercampur khawatir kami
terus berusaha agar kapal kami bisa mengapung.
Beberapa orang dari kami mendorong kapal agar
bisa maju mencari air yang cukup untuk mengapungkan kapal dan beberapa orang mengambil
posisi menganbgkat bagian baling-baling kapal untuk menghindari benturan dengan
batu karang. Beberapa kali kami berhasil mengapungkan kapal, dan kami langusung
kembali naik di atas kapal dan membunyikan kembali mesin. Namun hasilnya NOL
besar. Kapal kami baru maju beberapa
meter. Gelombang dan angin yang bertiup membanting kami kembali sampai kapal
kami kembali karam dan tidak goyang. Mesin kapal beberapa kali di paksa melawan
gelombang, tidak juga membawakan hasil.
Sampai akhrinya kondisi langit mulai
perlahan cerah, hujun mulai mereda dan gelombang pun melunak. Kapal kami masih
dalam kondisi karam dan kandas. Namun pulau ndaa sudah terlihat cukup jelas.
Pohon mulai terlihat jelas bahkan kami melihat sebuah perahu ada dipulau itu
sendang di parker.
Kami mengulangi lagi kondisi tadi, berupaya
mendorong bodi mencari laut yang cukup dalam agar kapal kami bisa mengapung.
Setelah berhasil keluar dari badai itu, kapal kami mulai bisa berjalan normal
dan mendekati pulau.
Sampai kami membuang jangkar kapal saya
mengucap sukur bisa keluar dari badai tadi walaupun perjalanan kami ini baru
awal. Masih banyak pulau yang akan kami kunjungi. Dalam hati selalu berkata
semoga kondisi itu tidak terjadi ketika kami ke pulau berikutnya.
Bagaimana perjalanan berikutnya tunggu di
part 3 Amazing Ndaa
No comments:
Post a Comment