Sunday, April 29, 2018

MENEMBUS PULAU NDAA: Sepenggal kisah perjalanan di pulau ndaa Part 2


Part 2
*****Menerjang Badai*****

Pukul 05.00 dini hari, mobil yang akan mengantar kami ke pantai tempat kapal sandar untuk memulai petualangan telah tiba. Semua barang dan peralatan dikemas dan diangkut diatas mobil. Mulai dari drone, kamera hingga makanan untuk santap siang di perjalanan ke pulau kecil. Tidak lupa kami membawa generator (sewa) untuk persiapan charger batrey drone. Karena satu pulau dalam hitungan kami untuk peroses pengambilan video dan foto bisa mengahabiskan daya satu batrey. Jadi setiap satu pulau kami plot satu batray.

Perjalannya dimulai dari sini. Setelah menikmati matahari terbit di pantai huntete (salahsatu pantai desa kulati) suara bodi mulai terdengar mendekati kami dari seberang tanjung. Peralatan dan perlengakapan siap naik diatas kapal dan telah bersusun rapi di tepi pantai seakan tak sabar menikmati perjalanan.
Sembari menunggu kapal sandar di pantai, teman-teman tim tidak menyia-nyiakan waktu untuk berpose mengabadikan keindahan pantai huntete yang memiliki pasir putih nan halus dan memiliki segudang cerita. Konon diujung pantai ini terdapat sebuah kapal besar milik orang belanda yang karam dan tenggelam disana. Sampai saat ini menurut pengakuan beberapa orang yang pernah menyelam disana, badan kapal tersebut masih utuh namun dijaga oleh makhluk laut yang sulit untuk percaya. Berwarna hitam dan besar. Bukan Cuma itu, diatas batuan yang tepat diatas pantai itu pula ada sebuah Meriam besi yang digunakan oleh orang-orang terdahhulu untuk mempertahankan wilayah ini dari musuh.
Tapat pukul 07.30 suara bodi itu makin nyaring dan terasa dekat sampai akhirnya terlihatlah sosok paru baya berdiri tegap diatas bodi batang itu dan mendekati kami dengan kapalnya yang akan mengantrkan kami ke pulau-pulau itu. Sukurnya kapalnya lumayan besar dan cukup aman dalam hitungan saya sebagai orang yang hidup di dekat laut.
Sekitar jam 08.00 bodi kami bertolak dari pantai huntete. Hari ini kami menargetkan beberapa pulau akan kami kunjungi. Pulau ndaa, pulau runduma, pulau koromaha, pulau moromaho, pulau lentea dan pulau sawa.
Sebenarnya keberangkatan kami ini menuai kontrofersi juga. Khususnya beberapa orang di desa kulati tempat kami menginap. Tidak lain karena rute yang akan kami tempuh sangat jauh dan hanya dengan kapal bodi kayu yang menurutnya itu sangat berresiko. Sebelum kami berangkat waktu paginya saya sempat berbicara 4 mata dengan bapak itu. Saya dipanggilnya dan bertanya apakah kami serius mau kepulau-pulau itu? Saya bilang ya. Kami sudah mengagendakannya. Dia bertanya lagi. Apakah kamu sudah tau sejauh mana pulau-pulau itu, saya bilang belum tau persis tapi saya berpikir kalau menurut guide kami itu bisa kenapa tidak. Bapak itu hanya mengangguk dan kembali berbicara kepada saya. Ingat tempat yang akan kalian kunjungi itu sangat jauh dan itu jarang di jamah orang. Saya menitip pesan kalian hati-hati dan jangan salah bicara. Beritahu teman-temanmu,. Jaga bicaranya.
Dalam mitos dan yang kami pahami bahwa salah bicara itu akan membawa petaka. Entah bagaimana tapi seperti itulah dia berkerja. Membungkus sebuah fakta dalam keyakinan yang didengungkan berulangulang hingga menjadi kebenaran.
Dengan bismillah kami memulai perjalanan dari pulau besar tomia menuju ke pulau ndaa. Destinasi pertama di pulau tomia dan setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan ke pulau runduma. Dalam hitungan nahkoda kapal kami, paling lambat 2 jam kami sudah akan sampai di pulau ndaa kalau cuacanya teduh.
Kami sangat menikmati perjalanan, dalam setengah jam perjalanan kami duduk santai sambil mencicipi makanan ringan yang telah kami siapkan. Cuca masih sangat bersahabat. Tanpa angin, langit cerah, dan tidak bergelombang. Sehari sebelum keberangkatan memang kami coba terus memantau website resmi BMKG dan memang disitu terlihat dalam tanggal perjalann kami ini, cuaca sangan baik, tanpa gelombang dan angina kencang. Ini memberikan kami penguatan untuk tetap kepulau-pulau itu. Sampai akhirnya sekitar 1 jam 30 menit perjalanan, kondisi lautan mulai berubah 100 persen. Astaghfurullah
Mulai hati kecilku berbicara, ada apa dengan langit? Kami berada ditengah lautan. Laut banda dengan kapal bodi tanpa atap. Menggunakan mesin diesel/engkol. Kami harus menghadapi cuaca ekstrim. Saya mulai berpikir bagaimana BMKG yang kemarin? Tapi lagi-lagi itu ramalan. BMKG bukan tuhan dan hanya tuhan yang pasti. Lagi lagi sebatas meramalkan.
Langit mulai hitam, gelap dan butiran air hujan mulai menetes sedikit demi sedikit. mulai membasahi kami. Angin mulai bertiup pelan dan hujan mulai deras gelombang air laut mulai terasa. Sejak itu mataku tidak lagi kemana-mana. Saya terus-terus melihat di arah wajah nahkoda kapal. Saya yakin selama nahkoda belum panik insya allah masih bisa kami lalui.
Posisi duduk saya paling depan dan ditengah kami tumpuk semua barang bawaan dan kami menutupinya dengan terpal biru agar tidak basah. Dari arah kiri langit sudah sangat gelap terlihat ada angin kencang yang lambat laun akan menghampiri kami. Saya mencoba menoleh kebelakang dan melihat pulau tomia tempat kami star awal tadi, Dan itu nihil stelah 2 jam perjalanan pulau tomia sudah tidak terlihat lagi.
Saya selalu berdoa semoga tidak terjadi apa apa dengan kapal kami khususnya mesinnya. Kami tidak punya mesin cadangan. Bila mesin ini bermasalah maka tamatlah kami. Saya mengenakan baju dua lapis dan hujan turun sangat deras. saya mulai merasa kedinginan, angin kencang, gelap, gelombang air laut mulai memukul bodi kami dari samping. Air telah menembus baju dan saya mulai gemetaran. Gemetar yang bercampur aduk. Khawatir dan kedinginan.
Nahkoda kapal meminta kami untuk tenang dan berpegangan dan memastikan barang bawaan kami aman dari hujan dan air laut. Dia meminta kami untuk lebih baik berbaring saja karena kapal mulai goyang. Beberapa tim saya melakukan itu. Masuk dibawah terpal dan berbaring. Dan saya tidak lakukan itu, ada kekhawatiran. Saya bertahan pada posisi dudukku dan berpegangangan sekuat tenaga di bodi kapal. Angin, gelombang dan hujan tak kunjung berhenti. Saya mulai berpikir apakah kami masih akan pulang dengan selamat. Dalam hati ini pertama kali saya menghadapi kondisi seperti ini. Ditengah laut (laut banda) dengan kondisi sedemikian rupa.
Dalam kondisi itu, nahkoda kapal kami terus berusaha mencapai pinggir pantai. Kami sudah melihat pulau ndaa namun masih sangat buram. Angin dan hujan menutup pandangan kami. Kami telah melihat mercusuar yang berdiri di dekat pantai namun kami sangat kesulitan untuk mencapai posisi yang kami harpkan. Kapal kami tidak bisa maju dengan normal. Terbawa gelombang air laut dan angin dan Pada puncaknya gelombang keras datang. Hujan dan angin bertiup sampai  kapal kampi karam dan tidak bisa goyang. Kekhawatiran kami bertambah. Kami khawatir karang bisa merusak bagian bawah kapal karena terus dipukul oleh ombak, kami khawatir dengan beling-baling kapal dan kemudi yang bisa saja patah karena gelombang dan batu karang. Kapal kami sangat berpotensi terbalik karena bagian bawah kapal telah duduk diatas batu karang. Kapal kami diam dan mesin dimatikan dengan terpaksa. Pula yang kami tuju masih cukup jauh. Masih butuh waktu 30 menitan untuk mencapainya dalam kondisi normal.
Sampai akhirnya nahkoda kapal kami melompat ke laut dan memeriksa kondisi baling-baling dan kemudinya. Angin dan hujan masih terus bertiup kencang dan deras. kapal kami tidak bisa maju dan mundur. Ombak dari samping sangat membahayakan posisi kapal. Karena kondisi kapal yang karam dan tidak bisa goyang akhirnya kami semua memutuskan untuk turun dari kapal kecuali salah seorang tim kami yang tidak tau berenang. dia tetap duduk tenang diatas kapal. Rasa khawatir akan adanya makhluk laut hilang dan focus menyelamatkan kapal agar kondisi kami tidak bertambah parah.
Kami berusaha mendorong kapal kami agar bisa mengapung. Untungnya ketika kami ke pulau ndaa kami berjumlah 9 orang. Walaupun kapalnya cukup besar tapi dengan usaha yang bercampur khawatir kami terus berusaha agar kapal kami bisa mengapung.
Beberapa orang dari kami mendorong kapal agar bisa maju mencari air yang cukup untuk mengapungkan kapal dan beberapa orang mengambil posisi menganbgkat bagian baling-baling kapal untuk menghindari benturan dengan batu karang. Beberapa kali kami berhasil mengapungkan kapal, dan kami langusung kembali naik di atas kapal dan membunyikan kembali mesin. Namun hasilnya NOL besar.  Kapal kami baru maju beberapa meter. Gelombang dan angin yang bertiup membanting kami kembali sampai kapal kami kembali karam dan tidak goyang. Mesin kapal beberapa kali di paksa melawan gelombang, tidak juga membawakan hasil.
Sampai akhrinya kondisi langit mulai perlahan cerah, hujun mulai mereda dan gelombang pun melunak. Kapal kami masih dalam kondisi karam dan kandas. Namun pulau ndaa sudah terlihat cukup jelas. Pohon mulai terlihat jelas bahkan kami melihat sebuah perahu ada dipulau itu sendang di parker.
Kami mengulangi lagi kondisi tadi, berupaya mendorong bodi mencari laut yang cukup dalam agar kapal kami bisa mengapung. Setelah berhasil keluar dari badai itu, kapal kami mulai bisa berjalan normal dan mendekati pulau.
Sampai kami membuang jangkar kapal saya mengucap sukur bisa keluar dari badai tadi walaupun perjalanan kami ini baru awal. Masih banyak pulau yang akan kami kunjungi. Dalam hati selalu berkata semoga kondisi itu tidak terjadi ketika kami ke pulau berikutnya.
Bagaimana perjalanan berikutnya tunggu di part 3 Amazing Ndaa

No comments:

Post a Comment