Bila didefenisiskan, Bohong itu
diartikan sebagai ungkapan yang tidak sesuai fakta yang dimaksudkan agar pihak
yang mendengar itu percaya. Jauh kita memandang bahwa sebenarnya kebenaran dan
kebohongan itu beda tipis jaraknya. Penting bagi kita untuk jeli memilah sebuah
kebenaran dan kebohongan.
Orang yang suka berbohong disebut
pembohong. Sesungguhnya setiap perbuatan akan ada ganjrannya tidak terkecuali
bohong. Salah satu konsekwensinya adalah trust (kepercayaan) itu hilang. Bila sering
berbohong, kebenaran pun yang kita ungkapkan, tidak akan mudah untuk diterima
itu sebagai sebuah kebenaran.
Teringat sebuah film anak-anak yang
rajin ditonton oleh kemanakan kecilku. Film itu adalah upin ipin. Dalam sebuah drama, upin dan ipin
sebagai sahabat ehsan sedang asik bercerita. Terdengar suara ehsan yang
berteriak tolong-tolong-tolong. Larilah upin dan ipin menghampiri ehsan dan
ternyata ehsan berbohong kalau dia sedang dalam bahaya (didatangi oleh
serigala). Hal itu terulang beberapa kali dan upin ipin pun kesal dan berkata
kepada ehsan jika kamu kembali berteriak kami tidak akan menolongmu. Singkat cerita
serigala itupun benar datang dan
menghampiri ehsan. Ketika ehsan diburu serigala dan berteriak tolong-totong-tolong,
upin ipin mendengarnya tapi tidak lekas membantu ehsan. Hal ini karena
dianggapnya ehan kembali berbohong.
Dari cerita ini jelas bahwa tokoh
ehsan mengalami distrust dari teman-temannya dan sangat merugikan/membahayakan dirinya
sendiri. Berbohong pada hakikatnya merupakan sifat buruk yang dilarang oleh
allah SWT Karena juga merugikan orang lain yang mendengar. Namun aneh bila
membohongi diri sendiri. Mungkin membohongi dir sendiri itu jarang terjadi. Artinya
jika jarang berarti juga terjadi.
Saya sudah menyelesaikan studi S1 dan
saat ini menjadi asisten peneliti sekaligus asisten dosen ditempat saya kuliah.
Beberapa mata kuliahnya saya yang tangani dan disini saya banyak belajar. Menjadi
dosen itu tidak mudah karena sesungguhnya ada tanggung jawab yang diemban dan
sangat berat. Namun jika itu dijalani dengan penuh tanggungjawab, hal itu
seakan ringan dan biasa saja serta berjalan normal. Sebagai dosen kita harus
mampu mentransfer pengetahuan kita kepada mahasiswa, membimbing dia, hingga dia
paham dan mampu berargumen menurut dia dan benar.
Saya yakin bahwa pengajar paham dan
ingin itu terwujud. Namun bagaimana dengan pihak mahasiswanya (beberapa orang).
Selama saya kuliah, beberapa orang teman paling suka mengatkan
Absenkan Saya…..
Sepintas tidak masalah. Namun efeknya
sangat besar. Terkadang kita lupa, bahwa esensi dari kuliah itu bukan sekedar
absen full 80%. Tapi bagaimana kita terlibat dan mampu memahami materi. Sadar atau
tidak sesungguhnya kita membohongi diri sendiri. Kita berbohoong untuk tidak
ikut kuliah dan melakukan aktifitas lain yang tidak begitu penting.
Ruginya ketika kita tidak dengan
langsung mendengarkan penjelasan dari dosen: Pertama, Bisa jadi kita tidak akan
benar-benar paham. Kedua, tidak bisa diskusi
langsung, dan yang ketiga, kasihan orang tua, yang setaunya kita pergi
kuliah.
akan sangat disayangkan ketika sudah
memasuki semester akhir kemudian ada pertanayaan, apa yang saya tau selama
kuliah ini. Pertanyaan ini kerap teredengar dari beberapa teman namun umumnya
yang kuliahnya pake jurus Absenkan Saya.
Semoga kita sadar. Bukan absen
substansiya tapi sejauh mana kita paham. Mari berbenah dan tinggalkan sifat
membohongi diri sendiri.
No comments:
Post a Comment